skip to main | skip to sidebar

FORMULASI DAKWAH RASULULLAH SAW. DI MADINAH


Oleh Subekti Masri


Abstrak :   The prophet Muhammad has followed a method that has been formulated well in performing religions proselytizing. The method has been accepted through . Revelation which is estabilished By Allah Swt to him. Allah has given him a Responsibility to tell the Religions Proselytizing in his each step. The process and the Effort that has been and during his trip will success well as it was expected like what he has performed in madinah.

Kata kunci : Formulasi, Dakwah

Pendahuluan
Rasulullah saw. menyampaikan dakwahnya pada waktu beliau diangkat menjadi Rasul oleh Allah SWT. dimana kurang lebih tiga belas tahun nabi Muhammad saw. menanamkan keimanan di Kota Mekkah, tetapi hanya sebagain kecil saja orang yang memeluk dan mengamalkan anjuran Allah SWT, ( Muhammad al-Ghazali,h. 274), ini disebabkan karena pada waktu itu bangsa arab masih memegang teguh  ajaran-ajaran nenek moyang mereka yang menyembah berhala dan  mereka menginginkan yang menjadi Nabi bukan dan golongan bani Hasyim, tetapi golongan bani Israil, sehingga segala macam cara dan upaya kaum Quraisy Mekkah menghalangi dan merintangi dakwah Rasulullah saw, diantaranya berupa untuk menumbuh Rasulullah saw beserta para pengikutnya.
Ancaman dan intimidasi yang dilakukan oleh kaum Quraisy tersebut kepada para pengikut Islam berlangsungsung secara terus menerus sehingga Rasulullah menganjurkan kepada umat Islam agar segera berhijrah ke Madinah
Perintah hijrah turun kepada Nabi, maka Nabi bersama sahabatnya segera meninggalkan kota Mekkah dan dalam waktu lebih kurang dua bulan lamanya hampir semua kaum muslimin yang berjumlah 150 orang telah meninggalkan kota Mekkah, kecuali mereka yang tertangkap. Dua orang sahabat Rasulullah saw. yaitu ali bin abi tahalib dan abu Bakar asy-Shiddiq mereka tidak mau meninggalkan Nabi sendirian, mereka membela Nabi sampai titik akhir perjuangan (St. Amanah Basyori, 64) sebagai tanda kegembiraan mereka, karena telah kedatangan tokoh yang sangat mereka idamkan, maka mulailah Nabi menyebarkan Islam di kota Madinah dengan menbembentuk sebuah pemerintahan yang dikenal sebagai Negara Madani.
Sejarah telah mencatat bahwa Nabi Muhammad saw. Menjadi seorang pemimpin yang terhormat dan menjadi kepada Negara Islam yang menegakkan dan menyebar Islam, menjadi orang yang tangguh dan bijaksana Nabi Muhammad adalah satu-satunya manusia  dalam sejarah yang berhasil meraih sukses yang sungguh luar biasa. Empat belas abad sesudah wafatnya bahkan sampai sekarang pengaruhnya masih tetap kuat dan mendalam serta berakar dalam kehidupan manusia. Tidak mengherankan jika para ilmuwan Barat mengikuti keberhasilan dan kesuksesan Nabi Muhammad saw. dalam panggung sejarah dalam kehidupan manusia.
Michael H. Hart telah menempatkan Rasulullah saw. dalam urutan pertama diantara 100 tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah, bahkan hampir pada umumnya sejarawan baik muslimmin maupun barat memposisikan Nabi Muhammad saw. Sebagai Rasul di samping fungsinya sebagai  kepada Negara di Madinah. ( Michael Heart, 1983: h.27) Berbeda dengan tokoh lainnya Nabi Muhammad datang untuk menyelamatkan seluruh ummat manusian yang misinya bersifat universal. Beliau lahir dalam sorotan sejarah yang terang . Beliau tersebut tokoh historis yang eksistensinya jelas ada  (Fuad Hashem, 1996 : 23 ).

Pengertian Dakwah

Ditinjauan dari segi bahasa. Dakwah berarti panggilan seruan atau ajakan, bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut masdar, kata itu berasal dari kata kerja (fi’il) Da’a – Yad’u  - Da’wataan  yang berarti memanggil, mengajak, mengundang dan menjamu.
   Dan segi istilah banyak pendapat tentang defenisi dakwah adalah sebagai berikut:
1.                      Masdar Helmi mendefenisikan dakwah adalah mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran islam termasuk melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. (Masdar Helmi, 1969:  16)
2.                      M. Arifin memberikan defenisi dakwah sebagai suatu ajakan baik dalam lisan, tingkah laku orang lain yang dilakukan secara sadar dan berencana dalam mempengaruhi orang lain baik secara individual maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam diri seseorang yang disampaikan kepadanya dengan unsur paksaan. (M.Arifin, 1977 : 17)
3.         Toha Yahya Omar, memberikan defenisi dakwah adalah mengajak manusia secara bijaksana kepada yang sesuai perintah Tuhan, untuk kemaslahan dan kebahagian mereka di dunia dan akhirat. (Toha Yahya Omar, 1967 : I)
Dari berbagai defenisi di atas meskipun terdapat perbedaan, akan tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain, dapatlah disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu proses penyelenggaraan satu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. usaha yang diselengarakan itu adalah berupa bujukan, rayuan, mengajak  orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT.  dengan amar ma’ruf, mencegah segala kejahatan yang dapat mendatang kekacauan dan bencana dalam masyarakat demi kesejahteraan di dunia maupun akhirat. Dan senantiasa berjalan diatas .jalan yang lurus yan di ridhai oleh Allah SWT.

Keadaan Dakwah Sebelum Hijrah
Kiprah Nabi Muhammad saw. Sebagai rasul sekaligus pemimpin agama  baru  berkembang dimulai ketika beliau menerima wahyu yang di terima di Gua Hira  pada saat ia sangat prihatin terhadap kesulitan-kesulitan di Mekkah yang menyebabkan ia berusaha berkontemplasi  ke Gua Hira yang letaknya beberapa kilometer di utara Mekkah pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M. Malaikat Jibril muncul di hadapannya menyampaikan wahyu yang pertama yang terdapat dalam Qs.’Alaq; 1-5:
“Bacalah dengan mana Tuhan-Mu yang menjadikan mannusia dan sagumpal darah. Bacalah dan Tuhan-Mulah teramah mulia, yang mengajarkan manusia dengan perantaraan kalam (tulis baca) Dia mengajarkan kepada manusia apa-apa yang tidak diketahui.”(Departemen Agama RI, 1989:  1079). 
Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. terhadap masyarakat Mekkah masa itu terbagi dalam tiga tahap. (Badri Yasmin, 1997:  46)
Tahapan pertama dilakukan oleh Rasulullah adalah secara rahasia. Hal ini didasarkan pada tingkat permulaan, dimana masyarakat mekkah pada waktu itu masih tabu dan merasa bahwa ajaran yang dibawa oleh Muhammad akan merombak tatanan kehidupan masyarakat Mekkah. Orang pertama yang menerima dakwahnya adalah keluarga dan sahabat dekatnya. Mula-mula istrinya sendiri. Khadijah kemudian saudara sepupunya  Ali bin Thalib yang berumur sepuluh tahun selanjutnya abu Bakar, said bekas budak yang menjadi anak angkatnya, Ummu Aiman pengasuh Nabi. Abu Bakar berhasil mengislamkan teman dekatnya yaitu : Zubair bin Awwam, Abd al-Rahman bin  Auf. Sa’ad bin waqqas, Talhah Abi Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah dan Arqam bin arqam.
Tahapan kedua yaitu seruan Nabi Muhammad saw. Masih semi rahasia pada tahapan ini, Nabi Muhammad saw. mengajak kepada kaum keluarganya yang bergabung dalam rumpun Bani muthalib untuk masuk Islam. Tahapan ini dijalankan berdasarkan petunjuk wahyu yang menegaskan supaya  dakwah dilakukan lebih luas.
Tahapan ketiga, adalah dengan demonstratif  dan terbuka menyeruh kepada masyarakat umum. Nabi Muhammad saw. Memperkenalkan Islam kepada Umum dan segenap lapisan masyarakat secara terang-terangan, petunjuk wahyu yang menjadi dasar baginya untuk menjalankan seruan terbuka ini. Sebagaimana firman allah QS. Al-Hijr:94

Terjamaannya:
Maka sampaikanlah olehmu secara  terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dan orang-orang musyrik.  
Tindakan Rasulullah yang menyebabkan agama Islam secara demonstrasi dapat reaksi dam pimpinan Quraisy dan mulai berusaha menghalangi dakwah rasul. Semakin bertambah jumlah pengikut Nabi Muhammad saw. Semakin keras pula tantangan yang dilancarkan kajum Quraisy di Makkah. Reaksi masyarakat Mekkah Terhadap ajakan Nabi Muhammad saw. timbul oleh beberapa factor. Menurut ahmad Salaby, ada jima factor yang mendorong oran kuraisy menentang seruan Islam ( Ahmad Salaby,  1983 : h. 90 ) yaitu:
Pertama, rivalitas tradisional ala Arab. Mekkah dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan.
Kedua, persamaan hak Nabi Muhammad saw. menyeruhkan persamaan hak antara bangsawan, hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui  oleh kelas bangsawan, Quraisy.
Ketiga, kekhawatiran-kekhawatiran untuk dibangkitkan. Para pemimpin quraisy tidak dapat menerima ajakan tentang kebangkitan. Kembah dan pembalasan di akhit mereka beranggapan bahwa ajaran ini sangat kejam.
Keempat, tradisi nenek moyang. Tradisi yang dipegang teguh dianggap sesuatu yang mutlak dan membawa keuntungan sehingga mereka sulit meninggalkannya. Oleh sebab itu, Islam  yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. dianggap sebagai sesuatu yang baru dan tidak dapat menggantikan yang sudah lama.
Kelima, masalah ekonomi. Kedatangan Islam yang melarang pemujaan kepada patung dan semacamnya oleh orang-orang arab Quraisy sebagai suatu tindakan politik ekonomi yang akan menghancurkan usaha mereka.
Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk mekkah terhadap kaum muslimin mendorong nabi Muhammad saw. untuk mengungsikan sahabatnya keluar mekkah, menuju Habasiah (Ethopia). Puncak dan kekejaman itu dirasakan oleh Rasulullah tatkala dua pilar utama penopangnya yakni Abu Thalib pamannya dan Khadijah istrinya meninggal dunia.

Hambatan-hambatan Dakwah Nabi di Mekkah
Rasulullah saw. Menjalankan dakwahnya di Mekkah tahun 615 M. dengan berbagai macam rintangan. Beliau pernah dilempar dengan tai unta oleh seorang kafir bernama uqbah, sewaktu beliau shalat dimesjid dilempari dengan batu sewaktu beliau dan thaif ke mekkah, ditudu sebagai tukang sihir, gila pangkat dan diboikot tiga tahun lamanya oleh kaumnya agar beliau beserta pengikut-pengikutnya mati kelaparan. Beliau juga pernah diracuni oleh seorang wanita yahudi yang bernama Zainab binti al-Hans sedang istrinya, aisyah pernah dituduh berbuat curang dengan safwan bin al-mu’til.

Formulasi Dakwah di Madinah
Sejarah telah membukttikan bahwa selama Nabi Muhammad saw. Menjalankan misinya, mayoritas penduduk tidak menerimanya, bahkan membencinya hanya sebagian kacil saja penduduk yang menerimanya, r\tetapi rasulullah tetap gigih untuk membina dan mendidik untuk menjadi pengikut yang setia kepada keyakinan yang telah diajarkan Rasulullah saw. Hal  ini berlangsung selama tiga belas tahun, sehingga ketika penduduk madinah terutama suku aus dan khasraj menawarkan kepadanya agar hijrah ke Madinah maka dengan melalui pertimbangan yang matang maka Rasulullah saw menerima tawaran tersebut dengan gembira.
Sebelum Nabi Hijrah ke Madinah. Telah banyak penduduk madinah yang sudah beragama Islam, pada mulanya penduduk madinah terdiri dari suku bangsa arab dan bangsa yahudi yang satu sama lainnya saling berhubungan dengan baik bangsa arab pada umumnya telah mengenal tuhan, agama Ibrahim dan sebagainya, itulah sebabnya ketika ajaran islam sampai kepada mereka tidaklah sulit bagi mereka untuk menerimanya.(Suhairini, h.32)
Setibanya Rasulullah saw di Madinah, mereka disambut dengan penuh kegembiraan dan rasa persaudaraan. Agama Islam mendapat sambutan dengan hangat, bebas dari ancaman dan cemohan dan masyarakat Quraisy yang tidak menginginkan ajaran Islam untuk disebarkan dan disampaikan kepada mereka.
Adapun dakwah Rasulullah saw di Madinah yang kemudian di formulasikan dalam kegiatan-kegiatan yaitu:
1.         Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru
Melakukan dakwah dan pendidikan di tengah-tengah masyarakat, Nabi Muhammad membutuhkan tempat sebagai pusat kegiatan. Beliau bersama sahabatnya secepatnya membangun mesjid, mesjid pertama yang di bangun adalah mesji Nabawi yang dijadikan sebagai tempat untuk menunaikan salat jum’at secara berjamah secara terbuka dan terang-terangan yang tidak dapat mereka lakukan di Mekkah.  Di mesjid itulah beliau bermusyawarah berbagai macam urusan, bukan saja  mendirikan shalat secara berjamaah, tetapi juga sebagai “Universitas” di mana kaum muslimin menrima pelajaran-pelajaran tentang agama Islam dan tuntutan serta pengarahnnya, mesjit terbut juga dijadikan sebagai balai pertemuan untuk menyatukan hati, pikiran dan perasaan kaum Muslim, dijadikan sebagai tempat diskusi dan dan bermusyawarah dan mesjid juga dijadikan tempat hunian bagi kaum kafir. (H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini, h. 456)
  Nabi pertama kali mempersatukan  masyarakat Madinah pada saat itu yaitu dengan cara mempererat persaudaraaan antara kaum Muhajirin dan Anshar dan menjadikannya sebagai satu kesatuan politik untuk itu, Nabi melakukan tindakan sebagai   berikut;
a.     Mengikis habis suasana permusuhan dan pertentangan antara suku dengan jalan mengikat tali persaudaraan  di antara mereka. Upaya konkrit dalam hal ini, misalnya Nabi mempersaudarakan di antara mereka Khariah Zubair.
b.    Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Nabi menganjurkan kepada kaum muhajirin agar berusaha.
c.     Menjalin kerjasama dan saling tolong menolong dalam rangka membentuk tata kehidupan masyarakat yang adil dan makmur.
d.    Disyaratkan shalat jum’at mewajibkan seluruh warga masyarakat Islam untuk berkumpul dan mendengarkan khutbah jum’at secara bersama-sama. Adzan sebagai panggilan bagi ummat Islam di hari Jum’at merupakan kebanggaan bagi mereka sebagaimana halnya dengan Kristen dan yahudi membanggakannya lonceng serulingnya. Dengan demikian, mereka secara langsung menerima pelajaran dan Nabi saw. (Suhairini, 1985: 50)
Upaya-upaya tersebut membawa hasil persatuan dan kesatuan sosial yang menimbulkan solidaritas yang semakin tinggi dengan pembinaan satuan politik.
2.         Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah  yang dalam prakteknya di perinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah. Nabi Muhammad saw sebagai pendidik telah memberikan contoh sosial politik dan yang nyata kewarganegaraan tersebut meliputi.
a.     Pendidikan ukhuwah antar kaum muslimin
Melaksanakan pendidikan ukhuwah ini, Nabi Muhammad saw. bertolak pada struktur kekeluargaan yang ada pada saat itu tidak diragukan. Namun antara keluarga tidak jarang timbul perpecahan yang mengakibatkan perang.
Mempersatukan keluarga ini, Nabi Muhammad berusaha untuk menggantikan ikatan kekeluargaan dengan  ikatan iman kepada allah swt. dan Rasul-Nya.
b.     Pendidikan kesejahteraan sosial
Terjaminnya kesejahteraan sosial maka akan terpenuhinya kebutuhan pokok sehari-hari. Untuk itu, setiap orang harus berusaha mencari nafkah. Namun pada saat itu kaum muhajirin sebagai masyarakat baru yang belum mempunyai pekerjaan untuk mengatasi masalah tersebut, Nabi Muhammad kepada Muhajirin yang telah di persaudarakan dengan kaum Anshar agar mereka bekerja sama dengan saudara-saudaranya.
3.         Pendidik anak
Selain Nabi menerapkan pendidikan kepada orang dewasa, maka anakpun sebagai calon generasi penerus tidak luput dari perhatiannya.  Dalam Islam, anak adalah pewaris ajaran Islam yang akan melanjutkan misi penyampaian Islam keseluruh penjuru alam. Oleh karena itu, banyak peringatan dalam al qur’an yang berkaitan dengan itu, di antaranya QS. Al – Tahrim ayat 6 yang berbunyi sebagai berikut:


Terjamannya:
Hai orang-orang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dan api neraka.
Adapun wujud dan pendidikan anak dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw meliputi.
a.     Pendidikan tauhid, yaitu menanamkan keimanan kepada allah, Tuhan yang Maha Esa Allah adalah satu-satunya yang  harus disenbah. Dialah yang member rezki dan yang menghidupkan manusia.
b.    Pendidikan shalat. Shalat merupakan tiang agama, oleh karena  itu, sejak dini anak harus didik agar mau mendirikan shalat.
c.     Pendidikan sopan santun terhadap orang tua dan akhlak. Salah satu yang harus diajarkan kepada anak adalah agar mereka patuh dan taat kepada orang tua begitu tingginya deajat orang tua dihadapn anak.
Anak harus didik supaya terbiasa bersikap hormat kepada orang yang lebih tua  dari mereka serta menyayangi yang lebih muda dan mempunyai budi pekerti yang luhur. Dalam kaitannya dengan hal ini, pendidikam budi pekerti adalah jiwa dari pendidikan dan pengajaran bukan hanya memenuhi otak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa keimanan. Membiasakan dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan untuk suatu kehidupan yang suci, ikhlas  dan jujur.
Pendidikan Islam mengutamakan kedua aspek dalam kehidupan manusia yaitu aspek rohaniah dan jasmaniah (M.Athiyah al-Abrasy, 1970 : I)
Nabi Muhammad saw. Telah membentuk suatu komunitas Islam di Madinah. Eksistensi Rasulullah sebagai seorang nabi, negarawan dan sebagai seorang pendidik tidak hanya diakui oleh orang-orang Islam , tetapi juga oleh non Muslim (Jalaluddin Rahmat, 1997: 113). Ini membuktikan bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah selama beliau menjadi seorang nabi sekaligus sebagai seorang Rasulullah dalam mengemban risalah telah berhasil dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat di kota Madinah.

Kesimpulan
1.         Dakwah adalah merupakan proses penyelenggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu adalah berupa mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT. dengan Amar ma’ruf dan  mencegah segala kejahatan yang dapat mendatangkan kekacauan dan bencana dalam masyarakat demi kesejahteraan di dunia dan akhirat, dan senantiasa berjalan di atas jalan yang lurus yang diridhai Allah SWT.
2.         Dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Di mekkah dibagi dalam tiga tahapan yaitu tahapan pertama yang dilakukan secara rahasia, tahapan kedua semi rahasia yang terhusus kepada keluarga, dan tahapan ketiga yaitu dengan demonstrative  dan terbuka menyeru kepada yang umum.
3.         Formulasi dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw di madinah adalah berupa kegiatan pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, pendidikan sosial, politik dan kewarganegaraan, dan pendidikan anak.

Daftar Rujukan

Al Qur’anul Karim.

Arifin. H.M. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

Depertemen agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya. Semarang: CV. Toha Putra, 1989.

Helmi Masdar, Problematika Dakwah dan Pedoman Muballiq, Semarang: Toha Putra, 1969.

Hart. Michael H. The 1000 Rangking of the Most Influentic Persons in History, diterjemahkan oleh Mahbub Djunaidi judul Seratus Tokoh Paling berpengaruh dalam Sejarah, Cet. IV Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1983.

Muhmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, Yogyakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemahan dan Penafsiran Al-quran, 1978.

Rahmat, Jalaluddin, Islam Alternatif, Cet. VIII: Bandung: Mizan, 1997.

Suhairini, Sejarah Pendidikan Islam,  Jakarta: Bumi Aksara, 1985.

Syalabi, Ahmad, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Pusataka Al-Husna, 1983.

Yatim Badria, Sejarah Islam, Cet. V, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997.